Deskripsi
Hoegeng memang penuh integritas. Hoegeng penuh kejujuran. Hoegeng menjaga sumpahnya. Satya-nya. Hoegeng tidak pernah meminta sesuatu di luar haknya karena posisi dan jabatannya. Hoegeng bahkan menolak menerima sesuatu, hadiah, atau apa pun yang bukan haknya karena posisi dan jabatannya. Ia tak sudi ditraktir dan dijamu. Sedikit pun.
Hoegeng hanya mengenal: hitam atau putih—dan ia membuktikan koppig memilih menjadi putih. Ia juga mengajak keluarganya untuk ikut bersama-sama dirinya dalam menjalani prinsipnya itu. Mengajak istrinya, Meriyati, dan tiga anaknya (Reni Soerjanti; Aditya; dan Sri Pamujining Rahayu) untuk bersama-sama selangkah sepenarian di dalam dunianya yang tak pernah mudah itu.
Berbagai kisah tentang begitu keras, saklek, dan kakunya karakter Hoegeng jika sudah berseragam Polri sudah banyak kita baca dan dengar—termasuk dalam 95 tulisan peserta didik Sespimti Polri Dikreg ke-33 dalam buku berjudul Hoegeng: Moral, Etika, dan Jalan Hidup Ini.
Ini tentu hal yang menggembirakan sebab kisah tentang Hoegeng ditulis oleh para generasi penerus dan calon pemimpin Polri di masa depan. Kisah yang coba dihidup-hidupkan, diinternalisasi, dinapaktilasi, dan menjadi stimulus—bukan sekadar formalitas.
Hoegeng bertapa dalam keramaian. Hoegeng –yang juga seorang pemusik, seorang pelukis, dan seorang penyanyi jika tak berseragam polisi— itu realitas bukan utopia. Hoegeng telah berhasil membuktikan sepanjang hidupnya untuk tidak tergoda dan menjaga “Iman”nya benar-benar “Sentosa”—sebagaimana pada nisannya ditulis nama lengkapnya: Hoegeng Iman Santoso.
- Penulis: Dr. Jean Calvijn Simanjuntak, S.I.K., M.H.
- ISBN: 978-623-08-0961-3
- Halaman: 418
- Ukuran: 15 x 23 cm
- Tahun Terbit: 2024
Review
Belum ada ulasan.